Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Merantau

Merantau merupakan salah satu hal yang dilakukan manusia untuk menjemput kesuksesannya. Dengan merantau, kita akan keluar dari zona nyaman dan berjuang dengan sekuat tenaga untuk mencapai kesuksesan tersebut. Para perantau banyak “dipaksa” oleh kondisi untuk tumbuh menjadi orang-orang sukses. Mereka harus mandiri, mereka harus bekerja keras, pantang menyerah, dan sebagainya yang sebenarnya merupakan sebuah modal penting menapaki jalan terjal menuju kesuksesan.

Hidup di perantauan bukanlah pilihan yang mengenakkan. Piihan hidup merantau adalah pilihan sulit meninggalkan zona nyaman dan aman. Berbagai permasalahan dan krisis yang siap menghadang dan akan menguji secara psikologis. Namun perantauan sangatlah penting bagi orang-orang yang ingin berkembang dan mengubah jalan hidup.

Keberanian merupakan salah satu prasyarat dalam merantau. Mereka telah menyeberangi lautan luas dan menantang berbagai badai yang mereka temui. Tidak hanya terjadi di lautan dalam arti sebenarnya, tetapi juga badai kehidupan. Salah satu keberaniannya adalah hidup dan menetap di daerah yang jauh dari kampung halamannya. Kampung yang serba baru dan menuntut sikap baru pula.

Keberanian ini akan nampak dalam dalam mengambil Keputusan dan menentukan sikap. Seseorang yang ingin sukses memang haruslah seseorang yang berani mengambil  keputusan serta mengambil resiko. Modal berupa uang dan ide cemerlang tak akan ada artinya tanpa adanya keberanian.

Hidup di perantauan bukanlah hal yang mudah, tetapi tempaan itulah yang membuat para perantau menjadi perkasa. “Pelaut ulung lahir dari badai yang kuat” adalah kalimat yang menggambarkan bagaimana tempaan bisa membuat para perantau menjadi kuat.

Perantauan pada dasarnya seperti angin bagi burung. Bagi burung yang penakut, angin dianggapnya sebagai musuh yang akan menggagalkan terbangnya, sehingga akhirnya ia tidak akan bisa terbang. Sedangkan bagi burung yang melihat angin seperti kendaraan, makai a akan sukses terbang tinggi dan memanfaatkan angin untuk membantunya terbang tinggi.

Keberanian perantau, nampak pada sosok Muhammad Riandi, seorang guru swasta asal Lombok Timur, NTB. Ia bahkan rela meninggalkan kampung halaman dan tunjangan profesinya (TPG) sebagai guru sertifikasi demi bisa mencari pengalaman baru di salah satu pesantren tarpavorit di Indonesia, yakni Pesantren Islam Al Irsyad Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Seorang yang memiliki keberanian pasti ditunjang oleh kepercayaan diri yang besar serta memiliki kemauan keras pula. Dalam sebuah quote motivasi dikatakan, “Dengan kepercayaan diri yang besar Anda bisa melompat setinggi yang tidak pernah Anda bayangkan, tetapi tanpa kepercayaan diri, lompatan kecil pun tak bisa Anda lakukan.”

Keberanianlah yang membuat seseorang melangkahkan Langkah pertamanya, dan Langkah pertama merupakan awal pijakan menuju kesuksesan. Mustahil ada sebuah hasil tanpa langkah pertama, dan mustahil ada langkah pertama tanpa ada keberanian.

Kini merantau bukan lagi karena “pelarian”, melainkan sebuah pilihan hidup yang berasal dari keyakinan dan keinginan untuk menantang kerasnya kehidupan.

Terdapat syair yang sangat indah tentang ajakan merantau oleh Imam As-Syafi’i rahimahullah.

Merantaulah…

Orang berilmu dan beradap tidak diam beristirahat (bermalas-malas) di kampung halaman. Karenanya tinggalkanlah negerimu dan dan hidup asing di negeri orang.

Merantaulah, dan engkau akan temukan pengganti dari orang-orang yang seperti kau tinggalkan.

Dan bersungguh-sunguhlah! Sebab kelezatan itu mucul setelah lelah berjuang.

Sudah kuperhatikan bahwa air yang tergenang dan diam memercikkan bau yang tak sedap. Andaikan saja ia mengalir, maka akan terlihat bening dan sehat. Jika engkau biarkan air itu tergenang makai a akan membusuk.

Singa hutan pun akan menjadi buas menerkam mangsanya apabila ia keluar dari sarangnya. Panah juga tidak mengenai sasaran apabila tidak lepas dari busurnya.

Andaikan matahari itu berhenti dan tetap berada di porosnya. Orang pun merasa bosan. Baik dari ujung timur maupun ujung barat.

Emas pun seperti debu bertebar di sela-sela tanah. Dan cendana yang di tengah hutan, sama seperti kayu bakar.

Jika engkau tinggalkan tempat kelahiranmu, engkau akan temui derajat mulia di tempat yang baru dan engkau bagaikan emas yang sudah terangkat dari tempatnya.

(Diwan Imam Syafii)

 

Posting Komentar untuk "Merantau"